Menurut data WHO tahun 2011 Indonesia menduduki urutan ke-4 sebagai negara dengan kasus TB terbanyak. Ini berarti masalah TB di Indonesia masih merupakan masalah yang besar.
Penyakit TBC disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini pertama kali di temukan oleh Robert Koch pada 1882.
Gambaran khas lesi nya adalah granulomatosa yang terdiri dari sel epiteloid, sel raksasa, dengan kavitasi/kaverna, baik dengan nekrosis kaseosa/tidak.
Penyakit TB merupakan penyakit sistemik yang dapat menyerang organ paru disebut TB Paru atau organ-ogan lain seperti tulang, hati, jantung, ginjal dll disebut TB ekstra Paru.
Penyebaran melalu droplet (batuk, bersin) penderita yang mengandung basil kuman MTB
Patogenesis TB primer
Bakteri Tb membentuk Fokus primer atau Afek primer infeksi atau fokus Ghon (lesi tuberkel epiteloid, sel raksasa Langhans, dan nekrosis kaseosa) di bagian bawah lobus superior –> menyebar kehilus, terjadi lymphangitis lokal –> lymphadenitis hilus –> sehingga terbentuk komplek primer.
Komplek primer adalah fokus Ghon plus penyebaran di hilus (lymphadenitis hilus)
Komplek primer dapat sembuh tanpa bekas, atau dengan bekas atau dapat menyebar menimbulkan sarang pneumonik TB atau disseminasi bronkogenik, atau melalui limfogen, hematogen menimbulkan tbc miliaris
TB Sekunder terjadi pada orang dewasa (karena reaktivasi, reinfeksi), nama lainnya adalah Tbc postprimer. Lesi terutama di apex paru (daerah kaya oksigen)
Lesi bentuknya Tuberkel epiteloid dengan perkejuan –> kaverna –> hemoptisis kaverna dianggap sebagai tanda utama tbc sekunder.
Kaverna dapat sembuh dengan fibrosis atau mengalami disseminasi melalui percabangan trakeobronkial, saluran limfe, atau saluran darah menimbulkan TB milier
Kalsifikasi yang terjaddi di apex disebut Focus Simon
Klasifikasi
Berdasar lokasi :
1. TB Paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA), TB paru dibagi dalam :
a. Tuberkulosis paru BTA (+)
○ 2 dari 3 spesimen dahak positif
○ Satu spesimen dahak positif + radiologi tuberkulosis aktif.
○ Satu spesimen dahak positif + biakan positif
b. Tuberkulosis paru BTA (-)
dahak 3 kali negative + gambaran klinik dan kelainan radiologik menunjukkan tuberkulosis aktif
dahak negatif + biakan negatif + gambaran radiologik positif.
Orang dengan BTA + yang cenderung menularkan kepada orang lain
2. TB Ekstra Paru
TB ekstra paru ringan
Misalnya : TB kelenjer limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjer adrenal.
TB ekstra paru berat :
Misalnya : meningitis, millier, parikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin.
Manifestasi Klinik
Tb Paru : batuk dengan atau tanpa sputum yang sifatnya kronis (>3minggu), demam dan berkeringat (keringat malam), hemoptisis, penurunan berat badan, nyeri dada, ronkhi di puncak paru, sesak nafas, lemah badan, anoreksia, atau bisa juga berupa pnemonia yang lambat sembuh
Pemeriksaan Penunjang
Bahan pemeriksaan : dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavege/BaL), urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH)
a. Bakteriologik
Pemeriksaan BTA sputum (sewaktu, pagi, sewaktu)
Interpretasi pemeriksaan mikroskopik dibaca dengan skala IUATLD (rekomendasi WHO). Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease) :
· Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif
· Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang ditemukan
· Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
· Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+)
· Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+)
b. Radiologik
Foto toraks PA, lateral, lateral decubitus atau top lordotic
TB aktif secara radiologis : gambaran infiltrat seperti awan/nodular dengan batas tak tegas, kaviti atau bayangan bercak milier
Sifat gambaran Ro thoraks yang dianggap menyokong untuk TB Paru adalah:
1) Bayangan yang terutama menempati bagian atas/puncak paru.
2) Bayangan bercak awan atau noduler.
3) Bayangan rongga; ini dapat juga misalnya oleh Ca atau abses paru.
4) Kalsifikasi (inaktif)
5) Bayangan bilateral, terutama bagian paru atas.
6) Fibrotik (inaktif)
7) Bayangan abnormal yang menetap tanpa perubahan pada foto ulangan setelah beberapa minggu. ini membantu menyingkirkan kemungkinan pneumonia atau infeksi lain.
Corakan sistem pernafasan yang bisa terlihat pada foto toraks dapat berupa : infiltrat/eksudatif, penyebaran bronkogen, kalsifikasi, fibroeksudatif/fibrainduratif, gambaran milier, konsolidasi.
Foto sendi dan tulang, foto ginjal dengan kontras (IVP), foto abdomen.
• Intravenous Pyelography (IVP) dan TB ginjal dapat menunjukkan adanya struktur karakteristik berupa distorsi struktur calyx pada kutub dan ginjal, yang sering disertai dengan pemeriksaan cystoscopy dan retrograde pyelography.
• Foto tulang dan sendi dapat menunjukkan adanya lesi osteolitik dengan pembengkakan tulang baru, mungkin terjadi fraktur tulang yang patologik.
• Foto abdomen bisa bermanfaat padaTB rongga perut dengan gejala obstruktif.
c. Laboratorium
• Hb –> Anemi bila ada disebabkan oleh peradangan kronik, perdarahan
• Laju Endap Darah (LED). Mungkin meninggi, tetapi tidak dapat merupakan indikator untuk aktivitas penyakit.
• Tes Faal Hati. Untuk cek TB di hati atau untuk cek efek obat TB
• Hipokalemi/hiponatremi. Kadang-kadang keadaan ini bisa dijumpai pada TBP milier.
• Pemeriksaan lain : tes tuberculin. Injeksi PPD 0,1 mL (5 unit) intradermal, kalau positif muncul indurasi dalam 48-72 jam. Hasil (+) tidak menunjukkan tingkat aktifitas. Bisa (-) pada TB yang berat.
Interpretasi tes mantoux/tes tuberculin/tes PPD :
≥5mm + : kontak dengan pasien infeksius; rontgen toraks foto TB lama yang sudah sembuh; HIV + atau tak diketahui namun berisiko tinggi
≥10mm + : populasi berisiko tinggi atau prevalensi tinggi
≥15mm + : semua orang
negatif palsu : aplikasi yang salah, anergi. TB primer yang baru terjadi (10-25% awalnya negatif), infeksi akut non-TB, keganasan
positif palsu: pembacaan yang tidak tepat, reaksi silang dengan penyakit atipikal, dalam 2 tahun vaksinasi BCG
d. Histopatologik
Mencari gambaran patoligik yang spesifik untuk tuberkulosis dan jaringan hasil biopsi/aspirasi biopsi dan organ yang sakit seperti kulit, kelenjar, pleura, peritoneum, perikardium, hati, sumsum tulang.
Istilah untuk pasien TB
Berdasarkan tipe penderita
* Kasus baru : belum pernah mendapat OAT atau minum OAT kurang dari satu bulan
* Kasus kembuh ( relaps ) : pernah mendapat OAT dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.
* Kasus lalai berobat : berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 minggu atau lebih, kemudian datang kembali berobat.
* Kasus gagal
–penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada satu bulan sebelum akhir pengobatan atau lebih.
–penderita BTA negatif gambaran radiologik positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan dan atau gambaran radiologik ulang hasilnya perburukan.
* Kasus kronik : penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA masih positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik.
* Kasus bekas TB : mikroskopik negatif, gejala klinik tidak ada, Radiologik lesi TB inaktif, Riwayat pengobatan OAT yang adekuat.
Terapi TB digolongkan menjadi 4 Kategori yaitu :
Kategori 1
|
-Pasien baru BTA +, CXR – atau
-BTA -, CXR +, sakit berat atau
-TB ekstra paru berat |
2RHZE, 4R3H3 |
Kategori 2 |
Penderita kambuh, gagal, atau lalai/putus obat |
2RHZES/RHZE, 5R3H3E3 |
Kategori 3 |
-BTA -, CXR +, sakit ringan atau
-TB ekstra paru ringan |
2RHZ, 4R3H3 |
Kategori 4 |
Penderita Tb paru kasus kronik |
Sesuai uji resistensi atau INH seumur hidup |
Dapat ditambah obat-obat simtomatik lain seperti antipiretik, mukolitik
JENIS TABLET FDC
Jenis-jenis tablet FDC untuk dewasa :
• Tablet yang mengandung 4 macam obat dikenal sebagai tablet 4FDC.
Setiap tablet mengandung:
– 75 mg Isoniasid (INH)
– 150 mg Rifampisin
– 400 mg Pirazinamid
– 275 mg Etambutol
Tablet ini digunakan untuk pengobatan setiap hari dalam tahap intensif dan untuk sisipan. Jumlah tablet yang digunakan disesuaikan dengan berat badan penderita.
• Tablet yang mengandung 2 macam obat dikenal sebagai tablet 2FDC.
Setiap tablet mengandung:
– 150 mg Isoniasid (INH)
– 150 mg Rifampisin
Tablet ini digunakan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu dalam tahap lanjutan. Jumlah tablet yang digunakan disesuaikan dengan berat badan penderita.
Disamping itu, tersedia obat lain untuk melengkapi paduan obat kategori 2, yaitu:
– Tablet Etambutol @ 400 mg,
– Streptomisin injeksi, vial @ 750 mg atau vial @ 1 gr
– Aquabidest.
Efek Samping Obat TB
1. Isoniazid (INH)
–neuropati perifer (kesemutan, rasa terbakar di kaki). Efek ini dapat dikurangi dengan pemberian piridoksin dengan dosis 100 mg perhari atau dengan vitamin B kompleks. Pada keadaan tersebut pengobatan dapat diteruskan. Kelainan lain ialah menyerupai defisiensi piridoksin ( syndrom pellagra)
–Hepatitis. Hentikan OAT dan pengobatan sesuai dengan pedoman TB pada keadaan khusus.
2. Rifampisin
–Sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang, gangguan sistem pencernaan, hipersensitivitas.
–Hepatitis, Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal
–Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat. Air mata, air liur. karena proses metabolisme obat
3. Pirazinamid
–Hepatitis
–Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri aspirin) dan kadang-kadang dapat menyebabkan sarangan arthritis Gout, hal ini kemungkinan disebabkan berkurangnya ekskresi dan penimbuhan asam urat (hiperuricemia)
4. Etambutol
Gangguan penglihatan berupa berkurangnya ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau. Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam beberapa minggu setelah obat dihentikan.Sebaiknya etambutol tidak diberikan pada anak karena risiko kerusakan okuler sulit untuk dideteksi.
5. Streptomisin
kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran. Gejala efekya samping yang terlibat ialah telinga mendenging (tinitus), pusing dan kehilangan keseimbangan.
Reaksi hipersensitivitas kadang terjadi berupa demam yang timbul tiba-tiba disertai sakit kepala, muntah dan eritema pada kulit.
Efek samping sementara dan ringan (jarang terjadi) seperti kesemutan sekitar mulut dan telinga yang mendenging dapat terjadi segera setelah suntikan.
Streptomisin dapat menembus barrier plasenta sehingga tidak boleh diberikan pada wanita hamil sebab dapat merusak syaraf pendengaran janin.
Follow Up
Setiap bulan pasien TB yang meminum INH harus di evaluasi untuk hepatitis, anemia dan neurotoxicity. INH harus dihentikan bila kadar aminotransferase meningkat lebih dari 3x dari batas atas nilai normal pada pasien dengan gejala atau 5x dari batas atas nilai normal pada pasien asimtomatik
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.