Lepra alias Kusta

Bismillaahirrahmaanirrahiim…^^

Definisi

:: Leprosy : penyakit infeksi kronis pada manusia yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang menyerang khususnya kulit, membran mukosa dan saraf.

:: Lesinya berupa lesi granulomatosa (yaitu kumpulan sel-sel terlokalisir  yang dicirikan dengan adanya epiteloid hystiosit, giant cell, monosit atau limfosit. Jenis sel yang mengisi lesi granulomatosa ini dan susunannya bisa membantu dalam diagnosis penyebab respons tsb.)

:: Nama lainnya kusta (Indonesia), di India Khustha, di Perancis Lepre, di Jerman Aussatz, di Arab Judham, di Cina Mafung, dan istilah kedokterannya adalah Morbus Hansen

Causative organism

:: Organisme penyebabnya adalah Mycobacterium leprae yang ditemukan oleh Dr. Armauer  Hansen tahun 1874. Itulah kenapa nama lainnya adalah Morbus Hansen. (Morbus = penyakit).  M. leprae ini merupakan obligat intrasel (artinya hanya dapat hidup/bermutlipikasi di dalam sel host) yaitu di sel Schwann dan macrophage. Bakteri ini adalah bakteri tahan asam yang bila dicat dengan pengecatan Ziehl Neelsen (ZN) tampak berwarna merah. Dinding sel bacilus terdiri dari peptidoglycan yang berhubungan dengan arabinogalactan dan mycolic acid. Mycolic acid ini yang menyebabkan kuman lepra tahan asam.

:: Waktu inkubasinya : 2minggu-30 tahun.  Doubling time = 12-14hari.

Epidemiologi

:: Mode transmisi secara pasti belum diketahui tetapi diperkirakan melalui droplets infections (batuk, bersin, ludah), skin to skin contact, via gastrointestinal, atau traumatic inoculation melalui lesi kulit/ tattoo.

:: Setelah terinfeksi M. Leprae dan belum muncul gejala maka disebut infeksi subklinis, dari infeksi subklinis 95% sembuh spontan,  hanya 5-10% yang timbul penyakit

:: Umumnya lepra banyak dinegara yang sedang berkembang. Kasus lepra paling banyak ditemukan di India, Brazilia, Madagaskar, Myanmar, Nepal dan Tanzania.

DIAGNOSIS

      • Minimal satu dari tiga tanda Cardinal Lepra berdasarkan WHO :
        1. lesi kulit hypopigmentasi atau erythematous dengan disertai hilangnya sensasi (hipoestesi sampai anestesi)
        1. keterlibatan saraf perifer ditandai dengan penebalan dan hilangnya sensasi
        1. BTA + dengan Pengcatan Ziehl Neelsen dari scraping jaringan yang terinfeksi biasanya pada mukosa nasal atau lobus telinga.)

Klasifikasi

:: Menurut klasifikasi WHO, lepra dibagi menjadi dua yaitu PB (Pauci Bacilarry) Leprosy  dan MB (Multi Bacilarry) Leprosy.

:: Pada PB (Pauci Bacilarry) Leprosy biasanya patch kulit hypopigmentasi dengan hilangnya sensasi (khususnya sentuhan) karena penebalan saraf perifer. Dan BTA negative (tidak ditemukan kuman)

:: Pada MB (Multi Bacilarry) Leprosy à Keterlibatan saraf menyebabkan atropi otot yang bisa menimbulkan deformitas seperti claw hands (kelumpuhan n. ulnaris), drop hand, drop foot. BTA positif (ditemukan kuman, meskipun hanya 1)

:: Menurut Klasifikasi Ridley Jopling dibagi menjadi bentuk polar dan bentuk non polar. Di polar dibagi lagi menjadi lima dari yang paling ringan sampai yang paling parah yaitu TT, BT, BB, BL, LL

      1. Tuberculoid Leprosy (TT) :: lesi utamanya makula atau plaque datar dan lebar pada wajah, trunk dan limb dengan tepi yang meninggi, erythematous dan pusat yang kering, scaly, pucat, hairless. Seringnya soliter. Bila bakteri sudah menginvasi saraf perifer, lesi menjadi mati rasa. Progresifitas lambat. Tidak menular karena jumlah organisme yang ada masih sedikit. Sistem imun masih kuat dan biasanya sembuh.
      1. Borderline Tuberculoid (BT) Leprosy :: Lesi kulit utamanya adalah plaque dan papula, batasnya tegas. Pada plaque biasanya memiliki satelite papule, hypopigmentasi jelas pada orang yang berkulit gelap. Tidak ada scale, sedikit erythema, sedikit indurasi dan peninggian. Lesi seringnya multiple dan asimetris. Lesinya anestesia.
      1. Borderline (BB) Leprosy :: Lesi annular, batas tegas, plaque luas dengan pulau-pulau kulit normal secara klinis didalam plaque, penampakannya seperti “Swiss cheese”
      1. Borderline Lepromatous (BL) Leprosy :: Lesi dimorphic (artinya morfologi mirip lepra tuberculoid dan lepra lepromatosa). Lesi annular dengan batas luar yang tidak tegas tetapi batas sebelah dalamnya tegas
      1. Lepromatous (LL) Leprosy :: Lesi kulit ekstensif, simetris, dan diffuse khususnya pada area wajah dengan penebalan kulit pada bibir, dahi dan telinga. Kerusakan bisa parah dengan hilangnya tulang nasal dan septum, kadang-kadang jari dan atropi testis pada laki-laki.

:: seseorang yang menderita lepra akan masuk klasifikasi yang mana itu tergantung pada Imunitas orang tersebut terhadap M. Leprae yaitu melalui CMI (Cell Mediated Immunity). Jika CMI rendah ya jadi LL, jika bagus bisa saja hanya TT.

Terapi Lepra

:: MDT (Multi Drug Treatment) adalah regimen pengobatan yang diberikan untuk penyakit lepra yang terdiri dari Dapsone, Rifampicine, dan Clofazimine

:: PB : selama 6 bulan rutin

      • Rifampisin 600 mg/bulan. Diminum dihadapan petugas kesehatan
      • DDS (Dapsone) 100 mg tiap hari –> diminum dirumah

:: MB : selama 12 bulan rutin

      • Rifampisin 600 mg/ bln. Diminum dihadapan petugas kesehatan
      • Clofazimin 300 mg/ bln. Diminum dihadapan petugas kesehatan plus 50 mg tiap hari –> self-administered
      • DDS 100 mg/hari –> self-administered

Jadi penderita lepra minimal setiap sebulan sekali harus kembali kedokter.

Monitor Terapi Lepra

–Rajin minum obat

–Periksa BTA, apakah positif atau nugatif. Selain itu perlu dilaporkan :

      1. indeks bakteri (BI)

1+

1-10 dalam 100 LP

2+

1-10 dalam 10 LP

3+

1-10 dalam 1 LP

4+

11-100 dalam 1 LP

5+

101-1000 dalam 1 LP

6+

>1000 dalam 1 LP

      1. indeks morfologi (MI)

jumlah bakteri utuh/jumlah semua bakteri yang ditemukan apapun kondisinya  x 100%

Lepra dikatakan sembuh bila indeks morfologonya = 0, walaupun indeks bakteri masih positif

Reaksi Lepra :

:: Reaksi lepra berarti munculnya gejala Inflamasi akut pada lesi pasien lepra

:: Klasifikasi :

      • Reaksi Tipe I/ DELAYED-TYPE HYPERSENSITIVITY REACTION (Reaksi hipersensitivitas tipe 4) = borderline leprosy reaction = tuberculoid reaction = up-grading reaction = reversal reaction/ RR –> Meningkatnya inflamasi secara tiba-tiba dari lesi kulit yang sebelumnya sudah ada atau munculnya lesi baru pada BL/LL à lesinya merah-plaqeu bengkak-ulcerasi. Inflamasi akut pada saraf yang terkena dengan tenderness dan nyeri sepanjang saraf dan hilangnya fungsi sensoris/motoris.
      • Tipe II (Erythema Nodosum Leprosum) –> Sebagian besar terjadi pada LL. Erupsi akut dari papule dan nodule yang nyeri dan terkadang menyatu membentuk plaque. Pada kasus yang berat bisa terjadi ulserasi  (Orbaneja’s necrotic nodules). Seringnya pada wajah, badan dan sisi ekstensor ekstremitas.
      • Lucio Phenomena –> Reaksi paling berat yang biasanya terjadi pada pasien LL difuse yang tidak diterapi. Lesinya plaque yang merah, dan erythematous, nyeri,  ulcerasi, nekrosis, dan dapat terbentuk jaringan parut bila menyembuh.

ELIMINASI LEPRA

      • Membuat MDT terjangkau kesemua masyarakat dan area.
      • Merawat semua kasus lepra dengan MDT
      • Mendiagnosis dan segera menerapi semua kasus baru
      • Memperbaiki kualitas pelayanan, termasuk pencegahan disabilitas dan manajemen
      • Memastikan keteraturan dan kelengkapan treatment
      • Mendaftar dukungan masyarakat untuk program lepra.

PEMERIKSAAN FISIK PADA PASIEN LEPRA

      1. Inspeksi –> wajah : madarosis (rontoknya alis atau bulu mata), hidung pelana, infiltrat lesi pada cuping telinga, lagophtalmos (>3mm), di seluruh tubuh amati ada tidaknya bercak hipopigmentasi, atropi thenar, hypothenar, pemendekan jari.
      1. Tes sensibilitas lesi/bercak : sensasi terhadap raba, nyeri, suhu
      1. Perabaan saraf : n. Auricularis magnus, n ulnaris, n. Peroneus komunis, n. Tibialis posterior
      1. Tes fungsi saraf ulnaris –> sensoris (telapak tangan 1,5 medial) dan motoris (adduksi kelingking)
      1. Tes fungsi saraf medianus –> sensoris (3,5 lateral telapak tangan) dan motoris (jempol menghadap ke atas)
      1. Tes fungsi saraf radialis –> motoris dorsofleksi wrist
      1. Tes fungsi saraf peroneus komunis –> motoris dorsofleksi kaki
      1. Tes fungsi saraf tibialis posterior –> sensoris di plantar pedis

Alhamdulillah..semoga bermanfaat^^

based on lecture by Prof. Dr. Hardiyanto Soebono, SP. KK (K), beberapa textbook dermatology dan buku skill lab pemeriksaan lepra

Fight or Flight Response

Sistem saraf otonom (ANS) dibagi menjadi 2 divisi yaitu divisi simpatis dan divisi parasimpatis. Biasanya kedua sistem ini aktif secara bersamaan. Mereka memperlihatkan tingkat aktivitas yang disebut tonus otonom. Keseimbangan antara tonus simpatik dan parasimpatik berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Divisi parasimpatis mendominasi selama kondisi istirahat dan tidur (“rest and digest”), karena memiliki efek menenangkan pada banyak fungsi tubuh. Hal ini terkait dengan pengurangan pengeluaran energi
dan perawatan tubuh normal,seperti fungsi pencernaan dan eliminasi zat-zat ekskresi. Dominasi parasimpatis juga terjadi pada kondisi  yang disebut SLUDD (Salivation, Lacrimation, Urination, Digestion, Defecation).

Sedangkan selama stress dan “E” situation (Exercise, Emergency, Excitement, Embrassement) divisi simpatis lebih mendominasi. Walter Cannon mengistilahkan aktivitas divisi simpatis sebagai respons fight or flight karena aktivitas simpatis ini mendominasi disaat kita harus menyerang, mempertahankan diri atau melarikan diri terhadap situasi yang membahayakan.

Emm, karena judulnya Fight or Flight, jadi kita bahas yang divisi simpatisnya aja ^^

Pertama tentang  neurotransmitternya (NTs) :

  • Serat preganglionik simpatis mengeluarkan NTs Acetylcholin (disebut serat kolinergik.) Sedangkan serat postganglionicnya mengeluarkan Norepinephrine / Epinephrine (disebut serat adrenegrik).
  • NE memiliki afinitas yang lebih kuat pada reseptor adrenegrik α.
  • Epinephrine bisa berikatan pada reseptor adrenegrik α maupun β, tapi afinitasnya lebih besar untuk reseptor β.
  • Reseptor adrenegrik α mendorong vasokonstriksi, sedangkan β mendorong vasodilatasi.
  • lebih banyak reseptor β daripada α Pada otot skelet (β2) dan jantung (β1)  sehingga saat terjadi aktivasi simpatis dimana E dan NE dikeluarkan akan memacu dilatasi pembuluh darah yang ke otot skelet dan jantung.
  • Sedangkan pada jaringan yang lain reseptor α > β sehinnga memicu vasokonstriksi.

Lanjut.. kita bahas tentang stress yang merupakan salah satu kondisi yang didominasi oleh saraf simpatis ^^

  • Stress = reaksi fisiologis terhadap persepsi dari peristiwa yang mengancam
  • Stressor = stimulus apapun yang menghasilkan respon stress (eg : panas, dingin, racun,toxin bakteri, perdarahan hebat, atau reaksi emosional yang kuat seperti marah, takut)
  • Stress response = reaksi individu terhadap stressor. Respon terhadap stressor ini bisa menyenangkan atau tidak menyenangkan juga bervariasi pada setiap orang. Stress response ini dikontrol utamanya oleh hypothalamus. Jika stress tersebut extreme, tidak biasa dan berlangsung lama maka mungkin mekanisme homeostasis tubuh tidak bisa mengatasi stress sehingga bisa trjadi perubahan dalam tubuh individu.

Menurut Tortora, respons stress ini dibagi jadi 3 tahap :

Pertama : Response Fight or Flight

impuls saraf dari hypothalamus akan disampaikan ke divisi simpatis untuk secara langsung menimbulkam beberapa efek pada organ target atau secara tidak langsung dengan merangsang medulla adrenal mengeluarkan Epinephrine (>90%) dan Norepinephrine (>10%) yang juga akan berpengaruh pada organ target. Efek-efek yang timbul dari aktivitas simpatis:

  1. Dilatasi pupil
  2. Konstriksi pembuluh darah keginjal, kulit dan GIT
  3. Dilatasi pembuluh darah ke otot skelet, jantung, paru,hepar, jaringan adiposa, dan otak.
  4. Meningkatnya denyut jantung, kontraksi otot jantung lebih kuat
  5. Meningkatnya tekanan darah karena meningkatnya cardiac output (karena naiknya Heart rate dan Stroke Volume), resistensi perifer dan retensi air oleh ginjal
  6. Dilatasi jalan nafas yang mempercepat inhalasi dan ekshalasi (meningkatkan frekuensi pernapasan)
  7. Meningkatnya glicogenolysis oleh sel hepar dan lipolysis oleh sel adiposa sehingga kadar glukosa darah meningkat.

Tahap kedua : Reaksi Resistensi

-Diinisiasi oleh hormon-hormon yang disekresi oleh hypothalamus yaitu CRH, GHRH dan TRH

-CRH merangsang ACTH dikeluarkan dari adenohipofisis → cortex adrenal mensekresi kortisol yang punya efek : Gluconeogenesis, lipolysis, ↑ katabolisme protein (sehingga tersedia bahan bakar untuk menghasilkan energi), ↑ aliran darah dan mengurangi inflamasi.

-GHRH merangsang hGH dikeluarkan dari adenohypofisis → liver mensekresi IGFs yang akan menstimulasi lipolysis dan glicogenolysis

-TSH menstimulasi gland thyroid mensekresi T3 dan T4 → meningkatkan penggunaan glukosa untuk menghasilkan ATP.

Tahap ini membantu tubuh melanjutkan “pertarungan” melawan stressor lebih lama setelah respons fiht or flight hilang.

Tahap ketiga : Kelelahan (Exhaustion)

Sumber-sumber dalam tubuh mungkin sangat rendah sehingga tubuh tidak bisa mempertahankan tahap resistensi, maka bisa terjadilah kelelahan. Pajanan yang terlalu lama terhadap kortisol pada reaksi resistensi menyebabkan meningkatnya kerusakan jaringan otot,  ↑ tekanan darah, cardiac aritmia, atherogenesis menekan sistem imun, ulkus di GIT, gastritis, depresi dan , gagalnya sel-sel β pankreas yang bisa menyebabkan diabetes. Orang-orang yang sering stress memiliki resiko yang lebih besar untuk menderita penyakit kronis.

jadi, intinya kalo ingin berumur panjang, usahakan hindari stress.. 😀

#happylifeforever^^#InsyaaAllaah

Berproses Menulis

Bismillaahirrahmaanirrahiim….

“Menulislah karena kau ingin bermanfaat bagi orang lain, bukankah kau sudah tahu ‘sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya’ (HR. Bukhari-Muslim)”
“Menulislah karena isi kepalamu tidak akan mampu menyimpan dan mengingat semua hal yang terjadi dalam hidupmu”
“Menulislah karena tulisanmu akan tetap hidup walaupun jiwamu sudah menyatu dengan tanah”
“Menulislah karena di saat kau tidak mampu mengatakannya, yakinlah tulisan mampu menjadi suara untukmu”
“Menulislah karena tidak ada satu alasanpun yang membenarkan kau untuk tidak menulis”

Ini adalah tulisan pertama saya. sebenarnya sudah sejak lama ingin mencoba menulis, namun karena setiap ingin menulis selalu ada saja alasan gak penting, tidak ada idelah, merasa tidak ada waktulah, tidak berbakatlah, tidak bisa lah, tulisan saya tidak bagus lah, dan masih banyak alasan tidak bermutu lainnya., sebenarnya semua itu hanya karena saya tidak pernah mencoba untuk “memulai” menulis.
Well…kali ini saya akan mencobanya, walaupun susah bagi saya, tapi susah bukan berarti tidak mungkin. Saya menyadari bahwa untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan dibutuhkan suatu proses. Yaa..bahkan terkadang sebuah proses itu lebih penting dibandingkan hanya melihat hasilnya… banyak sekali orang-orang sukses yang harus melalui sebuah proses kehidupan yang tidak mudah, dan proses itu tidak sedikit yang menginspirasi orang lain. Begitu juga dengan seekor kupu-kupu yang harus melalui proses yang tidak mudah sebelum akhirnya menjadi kupu-kupu yang cantik, dia harus menjadi seekor ulat yang bahkan banyak orang takut melihatnya apalagi memegangnya, dia juga harus melewati tahap pupa dimana di dalam ruang yang sempit, gelap, tidak bebas bergerak, dan dalam rupa yang pasti tidak bagus, namun di sana dia terus berjuang untuk menempa diri, menyempurnakan bentuknya hingga akhirnya siap untuk keluar, lepas dan terbang bebas ke angkasa menjadi kupu-kupu yang indah dan cantik.
Teringat juga perkataan seorang teman, waktu itu setelah pengumuman nilai ujian blok, dan banyak mahasiswa yang mendapat nilai tidak sesuai harapan, namun apa yang dia bilang waktu itu?? ya dia bilang “walaupun saya tidak mendapat nilai A, namun saya lebih bangga dengan nilai blok saya ini, karena selama blok ini saya lebih banyak belajar dibanding blok2 sebelumnya” kurang lebih begitu lah inti redaksinya…
Yaa, memang proses lebih penting dibanding hasil, karena secara tidak langsung proses itu akan membawa kepada hasil, hasil yang bagaimana?? tentunya hasil itu adalah hak Allah utuk menetukan, mengiringi semua usaha yang telah kita lakukan. Sementara berproses, berusaha, disanalah kita diberi kuasa untuk menentukan, apakah ingin berusaha sebaik mungkin, biasa-biasa saja atau bahkan kita tidak ingin berusaha sama sekali, itu semua adalah pilihan kita.

Baiklah, semoga tulisan saya berikutnya bisa bermanfaat bagi siapapun yang membacanya… ^o^